Pada 14 September 786 Masehi dinasti ‘Abasiyah mengangkat ilmuwan Muslim, Harun al-Rasyid, sebagai khalifah. Pada tahun itu pula lahir tokoh Uzbekistan bernama Abu Abdullah Muhammad ibn Musa al- Khawarizmi. Kelak, Abu Abdullah begitu dikenal sebagai tokoh matematika dunia. Kata aljabar (algebra) diambil dari buku ciptaannya Al-Jabr wa Muqabilah.
Abu Abdullah lahir di Kath Khawarizm, kota kecil bagian selatan sungai Oxus, Uzbekistan. Sebelum Rusia menginvasi negara yang bertetangga dengan Turkistan ini pada tahun 1873, Uzbekistan adalah negara yang besar. Negara ini termashur di mana-mana. Dan, daerah tempat asal Abu Abdullah, Khawarizm, kemudian diabadikan sebagai nama belakan ilmuwan tersebut, al-Khawarizmi.
Masa sebelum al-Khawarizmi belum dikenal, para ilmuwan Muslim sudah berkembang sangat pesat di Uzbekistan dan sekitarnya. Hal ini disebabkan pengaruh besar Harun al-Rasyid dengan daerah kekuasaan yang luas, meliputi Mediterania sampai India. Ia memusatkan pemerintahannya di Bagdad.
Harun sangat memperhatikan disiplin intelektual. Ia juga dikenal sebagai “khalifah yang tidak pernah tidur” karena selalu keliling negeri, baik siang maupun malan, untuk bertemu dan mendengarkan apa keinginan rakyatnya.
Kaum intelektual mendapat tempat terhormat. Seni sastra juga berkembang pesat. Bahkan, cerita Seribu Satu Malam, Aladdin, Ali Baba, dan Sinbad “Si Pelaut” muncul pada masa kekhalifahan Harun al-Rasyid.
Setelah Harun wafat, perjuangannya diteruskan oleh putra mahkota, Al-Ma’mun. Pada zaman khalifah inilah karya-karya besar para penulis Yunani diterjemahkan. Al-Ma’mun juga mendirikan House of Wisdom, Akademi Kebijaksanaan yang mengambil alih peran Universitas Jundaisapur Persia. Segera setelah akademi itu didirikan, Bagdad menjadi pusat ilmu pengerahuan dunia.
Perpustakaan di akademi tersebut diperkaya dengan buku-buku terjemahan dari pelbagai bahasa. Para sarjana dari berbagai bangsa dan agama diundang untuk bekerja di akademi tersebut. Direktur pertama akademi itu adalah Hunayn ibn Ishaq yang menerjemahkan karya-karya filsafat dan kedokteran Yunani, juga karya-karya Aristoteles, Plato, Hyppocrates, Ptolemeus, Euclid, dan Pythagoras dalam bahasa Arab.
Bahkan, para ilmuwan di akademi ini juga menerjemahkan Kitab Suci Perjanjian Lama dari bahasa Yunani ke bahasa Arab. Akademi tersebut banyak berjasa memunculkan ilmuwan besar, termasuk di dalamnya Al-Khawarizmi.
Al-Khawarizmi beserta beberapa kerabatnya, Banu Musa, memperoleh beasiswa al-Ma’mun untuk menimba ilmu di House of Wisdom. Al-Khawarizmi banyak belajar filsafat Yunani, geometri, dan astronomi.
Sebagai wujud terima kasihnya pada Raja al-Ma’mun, khawarizmi mempersembahkan 2 karya besar bidang aljabar dan geometri. Karya itulah yang kemudian mengantarkannya menjadi ilmuwan masyhur sampai kalangan Eropa. Rumusan konsep dasar matematika Khawarizmi kini menjadi rujukan matematika dunia. Luasnya penjabaran teorinya melebihi penulis lain di abad tersebut.
Dalam aljabar, Khawarizmi mengangkat teori (rumus) persamaan linear dan persamaan kuadrat dengan analisa detail. Aritmatika temuannya berupa paduan ilmu hitung Yunani dan Hindu. Aljabar kini telah memiliki posisi sebagai fondasi dalam matematika.
Seperti sebutannya, matematikawan ulung, Khawarizmi juga memperkenalkan manfaat penomoran angka Arab yang kemudian diterjemahkan dalam berbagai bahasa di Eropa. Ia menemukan tabel trigonometri, meliputi fungsi sinus dan kemudian dieksplorasi ke tangent oleh Masmala. Ia juga mengolaborasikan ukuran derajat dalam penghitungan volume dan luas bumi.
Di bidang astronomi, Khawarizmi membuat 2 buku perbintangan dan tabel astronomi. Selain itu, ia juga membuat kalender Yahudi, Istihraj Tarikh Al-Yahud. Di bidang geografi, ia merevisi dan mengoreksi pemikiran ptolemeus hingga taraf pembuatan peta yang kini menjadi rujukan gambar seluruh daerah dunia. Pembuatan peta ini melibatkan 70 geografer untuk membantu keakurasian data. Khawarizmi juga menerbitkan buku geografi dengan menggunakan QS al-Ra’ad sebagai rujukan.
Buku-buku Khawarizmi telah diterjemahkan ke bahasa Latin. Sayangnya, beberapa buku besarnya justru hilang di negaranya sendiri, kendati terjamahnya masih eksis di Eropa. Misalnya, kitab Al-Jama’ fil Hisab wa Tafreeq bil Hisab Al-Hindi (ilmu hitung dan perbandingan), kitab Tarikh, kitab Al-Rukhmet (pembahasan tentang waktu menurut peredaran matahari).
Kontribusi Khawarizmi sebagai ilmuwan memberi andil besar bagi pencerahan dunia. Setidaknya, sejarah telah mencatat bahwa ilmu pengetahuan banyak lahir dari daerah Timur, khususnya Islam. Ilmu kedoteran, geografi, sampai matematika, tak lepas dari pemikiran para ilmuwan Muslim. Perang Salib di Andalusia telah melenyapkan perpustakaan Islam terbesar dunia, termasuk lenyapnya buku-buku al-Khawarizmi.
0 komentar:
Posting Komentar