Kota Bagdad didirikan oleh khalifah Abbasiyah
kedua, Al-Manshur pada tahun 144 H./762 M. terletak dipinggir sungai
Tigris. Pemilihan letak kota Bagdad ini sebelumnya dilakukan Penelitian
sangat cermat. Al-Manshur menugaskan beberapa orang ahli untuk
mempelajari lokasi. Bahkan di antara mereka ada yang diperintahkan
tinggal beberapa hari di tempat itu pada setiap musim yang berbeda,
kemudian memberikan laporan kepada Kholifah tentang keadaan udara, tanah
dan lingkungannya. Sesudah penelitian seksama dilakukan, diketahui
bahwa lokasi itu merupakan bekas kota lama tempat peristirahatan Kisra
Anusyirwan raja Persia. Pembangunan kota Bagdad pun segera dimulai.
Semula kota ini diberi nama Madinatus Salam (kota perdamaian), lalu dirubah menjadi Bagdad yang berarti kota anugrah Tuhan (given by god).
Dalam pembangunan kota ini,khalifah memperkerjakan ahli-ahli bangunan
yang terdiri dari arsitektur, tukang batu, tukang kayu, ahli pahat ahli
lukis dan lain-lain yang didatangkan dari syria, Mosul, Basrah, dan
Kufah. Jumlah mereka sekitar 100,000 orang dipimpin oleh Hajjaj bin
Artha dan Amran bin Waddlah.
Kota yang
pembangunannya memakan waktu 4 tahun ini berbentuk bundar yang
dikelilingi tembok besar dan tinggi. Di luar tembok digali parit yang
berfungsi sebagai saluran air dan sekaligus sebagai benteng pertahanan.
Kota ini memiliki empat pintu gerbang,yaitu : Bab Al-Kufah terletak
disebelah barat daya, Bab Al-Syam di Barat laut, Bab Al-Basrah di
Tenggara dan Bab Al-Khurasan di Timur laut. Di antara masing-masing
pintu gerbang ini dibangun 28 menara sebagai tempat pengawal yang
bertugas mengawasi kedaan di luar kota. Di atas setiap pintu gerbang
dibangun tempat peristirahatan yang dihiasi lukisan indah dan
mengagumkan.
Di tengah-tengah kota Bagdad terletak istana Khalifah yang dibangun dengan pola arsitektur
Persia. Istana ini dikenal dengan nama” Al-Qashr Al-Dzahab” (Istana
emas). Istana ini dilengkapi dengan bangunan masjid, ruang pengawal
istana, kantor polisi dan puri-puri tempat tinggal keluarga khalifah. Di
sekitar istana dibangun pusat pembelanjaan dan jalan raya yang
menghubungkannya dengan pintu-pintu gerbang kota. Di samping itu, di
pinggir kota Bagdad dibangun kota-kota satelit, seperti Rushafah dan
Karakh lengkap dengan sarana perkantoran, perumahan, pusat pembelanjaan,
taman dan kolam renang.
Bagdad sebagai pusat peradaban,ilmu pengetahuan dan aktivitas perekonomian
Sejak awal berdirinya, kota Bagdad sudah menjadi pusat peradaban dan kebangkitan ilmu pengetahuan dalam Islam. Khalifah Al-Manshur memerintahkan penterjemahan buku-buku ilmiah dan karya sastra
dari berbagai negara besar pada masa itu. Para peminat ilmu dan
kesusasteraanpun diundang ke Bagdad. Itulah sebabnya kota ini dikenal
sebagai kota inetelektual dan merupakan profesor masyarakat Islam.
Sepeninggal Al-Manshur, Kota Bagdad berkembang pesat karena peranannya sebagai pusat perkembangan peradaban dan kebudayaan Islam.
Banyak ilmuwan dari berbagai daerah datang ke kota ini untuk mendalami
ilemu pengetahuan. Pada masa pemerintahan Khalifah Harun Al-Rasyid dan
Khalifah Al-Makmun, Kota Bagdad mencapai puncak kemajuan (zaman
keemasan). Ketika iitu Bagdad menjadi pusat peradaban dan kebudayaan
tertinggi di dunia.
Prestise politik, supermasi ekonomi dan aktifitas intelektual
merupakan tiga keistimewaan kota ini. Ilmu pengetahuan dan
kesusasteraan berkembang sangat pesat. Banyak buku-buku ilmu pengetahuan
dan kesusasteraan yang diterjemahkan ke dalam bahasa Arab dan
dikembangkan oleh para sarjana muslim. Di antaranya adalah :
- Dari India banyak diterjemahkan buku-buku yang berhubungan dengan ilmu obat-obatan. ilmu hisab (hitung), astronomi. musik dan kesusateraan.
- Dari Persia, banyak diterjemahkan buku-buku yang berhubungan dengan ilmu astronomi, hukum, sejarah, musik dan kesusasteraan.
- Dari Yunani, banyak diterjemahkan buku-buku yang berhubungan dengan filsafat, mantiq, tatanegara (politik) dan astronomi.
- Dari Mesir, banyak diterjemahkan buku-buku yang berhubungan dengan ilmu kimia, dan anatomi (biologi).
- Dari Kaldani, banyak diterjemahkan buku-buku yang berhubungan dengan ilmu pertanian.
Sebagai sentral aktifitas keilmuan, Khalifah Al-Makmun mendirikan perpustakaan besar yang diberi nama Baitul Hikmah.
Di tempat ini para ulama dan ilmuwan berdiskusi dan melakukan
kajian-kajian keagamaan maupun keilmuan. Di antara anggota majelis
ilmuwan yang aktif di Baitul Hikmah adalah :
- Bacht Yesyu’, seorang pakar ketabiban yang berasal dari Gergrius.
- Hunain bin Ishaq Al-Ibadi dan dua orang anaknya, Daud bin Hunain dan Ishaq bin Hunain yang banyak menterjemahkan buku-buku filsafat dan ketabiban dari Yunani.
- Al-Hajjaj bin Mathar yang pernah berhasil menterjemahkan buku Al-Magest karya Ptolemius.
- Tsabit bin Qurrah yang banyak menterjemahkan buku-buku ilmu pengetahuan dari Yunani, seperti matematika, astronomi, termasuk buku-buku karya Archimides.
- Mankah Al-Hindi yang menterjemahkan buku-buku ilmu pengetahuan dari bahasa Sansekerta (India), terutama yang berhubungan dengan ilmu ketabiban.
- Abu Yahya Al-Bithriq yang banyak menterjemahkan buku-buku dari Yunani, seperti Quadripalitum karya ptolemius, Elementa Al Magest karya Euclides dan buku-buku karangan Galen, Hipocrates dan lain-lain.
Di samping itu, banyak didirikan akademi, sekolah tinggi dan madrasah. Di antaranya adalah perguruan Nidhamiyah yang didirikan oleh perdana menteri Nidhamul Muluk dan perguruan Mustanshiriyah
yang didirikan oleh Khalifah Al-Mustanshir Billah. Madrasah Abu Hanifah
dan Madrasah Al-Bashiriyah. Sebagian besar Madrasah di Bagdad
mengajarkan fiqih satu madzhab, kecuali Madrasah Mustanshiriyah dan
Al-Bashiriyah yang mengajarkan empat madzhab (Hanafi, Maliki, Syafi’i
dan Hambali). Dari kota ini muncul ulama, cendekiawan dan sasterawan
terkenal. seperti : Al-Khawarizmi (ahli matematika), Al-Kindi (filosof
Arab), Ar-Razi (filosof dan ahli fisika), Al-Ghazali (filosof dan sufi),
Imam Abu Hanifah, Imam As-Safi’i dan Ahmad bin Hambal (ulama dan
pendiri madzhab dalam fiqih), Mubasyir bin Fatik (sasterawan dan
pengarang kitab alfu lailah wa lailah) dan lain-lain.
Selaras dengan stabilitas politik Abbasiyah,
perekonomian berkembang dengan pesat, terutama dalam bidang perdagangan
dan industri. Perkembangan di bidang perekonomian ini didukung oleh
pelabuhan dagang di Basrah dan Sirat di Teluk Persia yang banyak
dikunjungi para pedagang dari Cina, India, Asia Tengah, Syria, Mesir dan
negeri-negeri Afrika lainnya. Kota Bagdad ketika itu menjadi pusat
perdagangan internasional dan menjadi tempat interaksi antar bangsa
tanpa melihat perbedaan agama dan unsur kebangsaan.
Kehancuran Bagdad.
Semua
kemegahan, kebesaran dan keindahan kota Bagdad itu sekarang hanya
tinggal kenangan. Semuanya seperti hanyut dibawa arus sungai Tigris,
setelah kota ini dibumi hanguskan oleh tentara Mongol di bawah pimpinan Hulagu Khan
pada tahun 656 H./1258 M. Empat puluh hari lamanya tentara Mongol
berbuat makar, membunuh dan mambakar semua bangunan yang terdapat dalam
kota. Buku-buku ilmu pengetahuan yang tersimpan di dalam Baitul Hikmah
dan pusat-pusat kajian ilmiah lainnya dibakar dan abunya dibuang ke
sungai Tigris sehingga airnya berubah menjadi hitam pekat. Kota Bagdad
yang menjadi ibu kota Irak sekarang, memang mengambil lokasi yang sama.
Akan tetapi ia sama sekali baru dan tidak mencerminkan kemajuan kota
Bagdad lama yang menjadi ibu kota Daulah Abbasiyah.
0 komentar:
Posting Komentar