Bapak Kimianya Orang Islam: Jabir ibn Hayyan
“Saya pertama kali mengetahuinya dengan melalui tangan dan otak saya dan saya menelitinya hingga sebenar mungkin dan saya mencari kesalahan yang mungkin masih terpendam”
Ada yang tahu siapa pemilik kata bijak di atas nggak? Jika Sahabat FrenCIS mengaku kimiawan sejati pasti tahu. Yup, benar, kuotasi (kalimat bijak) di atas adalah kalimat yang pernah disampaikan oleh Bapak Kimiawan Islam kita, Abu Musa Jabir ibn Hayyan, atau yang lebih dikenal dengan nama Jabir ibn Hayyan, Al Hayyan, dan Geber (versi eropanya).
Mungkin selama ini, Sahabat FrenCIS lebih mengenal Avogadro, Gay Lussac, Dalton, Rutherford, Schrodinger, Lavoisier, Kekule, Marie Curie, Mendeleyev, Dobereiner, Lambert-Beer, dan masih buanyak lagi. Tapi jangan salah, ilmuwan kimia pun ada yang dari kalangan muslim juga, salah satunya ya Pak Jabir ini.
Jabir Ibn Hayyan lahir di kota Tus, Iran pada tahun 721 M dan wafat di Kufah pada tahun 815 M. Sebagaimana orang-orang sukses seperti pada umumnya, setiap keberhasilan pasti diawali dari mimpi dan inspirasi. Jabir pun demikian. Beliau sangat tertarik dengan dunia ke-kimia-an berkat kedua gurunya, Ja'far as Shadiq dan khalifah Khalid bin Yazid dari bani Umayyah. Kedua guru beliau terus memotivasi untuk mampu mencipta dan mendalami ilmu kimia.
Sahabat FrenCIS pernah menyangka nggak sih, kalo aktivitas nge-lab (baca: eksperimen atau praktikum) kita itu sebenarnya suatu aktivitas yang pertama kali diperkenalkan oleh Bapak Jabir ini. Beliaulah yang pertama kali memperkenalkan sebuah metode baru "pendekatan ekperimen” dan laboratorium sebagai tempat eksperimen. Melalui metode ini, beliau telah mengubah ilmu kimia klasik menjadi ilmu kimia modern. Keren nggak tuh? :-)
Terkait dengan peran penting dalam bereksperimen, Jabir ibn Hayyan pernah berkata berkata:
”hal pertama yang paling penting dalam kimia adalah anda harus melakukan kerja praktik dan eksperimen. Seorang ilmuwan yang tidak melakukan kerja praktik atau eksperimen, maka dia tidak akan pernah mencapai puncak profesionalitas dalam bidangnya. Wahai anakku, lakukan eksperimen sehingga kamu akan menyerap dan menguasai ilmu pengetahuan secara sempurna. Seorang ilmuwan mencapai titik kesenangan dan kepuasan bukan karena melimpahnya kekayaan yang dimiliki, namun ilmuwan mencapai puncak kebahagiaannya karena cerdas dalam metode eksperimennya.”
Tidak sampai di situ, mekanisme reaksi pun juga sudah diperkenalkan oleh beliau jauh sebelum ahli kimia barat mengetahuinya. Subhanallah... Pokoknya ya Sahabat FrenCIS, banyak sekali teori-teori dasar kimia yang kita kenali berasal dari buah pikir Jabir.
Nah, bagi yang penasaran apa saja sih teori-teori yang sudah Beliau lahirkan, jangan kemana-mana dulu, lanjutkan bacanya.... :-)
Kontribusi Jabir dan Teori-teori Cemerlangnya
First of all, Jabir Ibnu Hayyan membuat sebuah instrumen pemotong, peleburan dan pengkristalan. Beliau menyempurnakan proses dasar sublimasi, penguapan, pencairan, kristalisasi, pembuatan kapur, penyulingan, pencelupan, pemurnian, sematan (fixation), amalgamasi, dan oksidasi-reduksi. Beliau juga telah membedakan antara penyulingan (distilasi) langsung yang memakai bejana basah dan tak langsung yang memakai bejana kering. Dialah yang pertama mengklaim bahwa air hanya dapat dimurnikan melalui proses penyulingan. (di mata kuliah "Pemisahan Kimia" akan dibahas panjang lebar) :-)
Secondly, khusus menyangkut fungsi dua ilmu dasar kimia, yakni kalsinasi dan reduksi, Jabir menjelaskan, bahwa untuk mengembangkan kedua dasar ilmu itu, pertama yang harus dilakukan adalah mendata kembali dengan metoda-metoda yang lebih sempurna, yakni metoda penguapan, sublimasi, destilasi, pelarutan, dan penghabluran. Setelah itu, papar Jabir, memodifikasi dan mengoreksi teori Aristoteles mengenai dasar logam, yang tetap tidak berubah sejak awal abad ke 18 M. Dalam setiap karyanya, Jabir melaluinya dengan terlebih dahulu melakukan riset dan eksperimen. Metode inilah yang mengantarkannya menjadi ilmuwan besar Islam yang mewarnai renaissance dunia Barat. Sekali lagi, Subhanallah.... :-)
Bahkan, ilmuwan kimia dari barat, Robert Briffault dalam bukunya menyebutkan, "berkat Jabir (Geber), bangsa Arab tidak mengalami kesulitan dalam menyusun hipotesa yang wajar". Menurut Briffault, proses pertama penguraian logam yang dilakukan oleh para metalurgist (ahli mineral dan logam) dan ahli permata Mesir, dengan mengombinasikan logam dengan berbagai campuran dan mewarnainya, sehingga mirip dengan proses pembuatan emas. Proses demikian, yang tadinya sangat dirahasiakan, dan menjadi monopoli perguruan tinggi, dan oleh para pendeta disamarkan ke dalam formula mistik biasa, di tangan Jabir bin Hayyan menjadi terbuka dan disebarluaskan melalui penyelidikan, dan diorganisasikan dengan bersemangat.
(Di sinilah nampak bahwa keluruhuran budi seorang ilmuwan sekelas Beliau mau berkata jujur tentang ilmiah. Keteladanan inilah yang juga sebagai syarat ilmuwan untuk senantiasa bersikap ilmiah dan saintifik, salah satunya, jujur)
Terobosan Jabir lainnya dalam bidang kimia adalah preparasi asam sendawa, HCl, asam sitrat dan asam tartrat. Penekanan Jabir di bidang eksperimen sistematis ini dikenal tak ada duanya di dunia. Inilah sebabnya, mengapa beliau diberi kehormatan sebagai 'Bapak Ilmu Kimia Modern' oleh teman sejawatnya di seluruh dunia. Dalam hal teori keseimbangan misalnya, diakui para ilmuwan modern sebagai terobosan baru dalam prinsip dan praktik alkemi dari masa sebelumnya sangat spekulatif, di mana Jabir berusaha mengkaji keseimbangan kimiawi yang ada di dalam suatu interaksi zat-zat berdasarkan sistem numerology yang diterapkannya dalam kaitan alfabet 28 huruf Arab untuk memperkirakan proporsi alamiah dari produk sebagai hasil dari reaktan yang bereaksi.
Dan masih banyak lagi.... :-)
Intinya, kita, muslimin dan muslimat, pun juga memiliki sejarah yang luar biasa bagusnya di masa lampau dengan hadirnya sosok Jabir ini. Lantas, lihatlah sekarang, apakah kita sendiri sudah mengenal ilmuwan-ilmuwan islam tersebut? Sahabat FrendCIS mungkin kiprah beliau dapat kita jadikan motivasi dan inspirasi untuk kita agar selalu semangat dalam menuntut ilmu. Karena sesungguhnya Allah-lah Sang Pemilik Ilmu, dan kita sebagai hamba-Nya, sudah sepatutnya berusaha mendapatkan ilmu itu sekalipun toh besarnya seujung kuku jemari semut (eh semut punya kuku nggak sih?) jika dibandingkan jumlah ilmu tak berbatas yang Allah miliki.
Tetap semangat menuntut ilmu ya...
0 komentar:
Posting Komentar